📝 Islamiyah dalam Tarbiyah

Oleh: Ust. Luqmanul Hakim

 
Makna “Tarbiyah” sudah terjelaskan sebelumnya. Bagaimana dengan keislaman dalam Tarbiyah Islamiyah?

Islamiyah nisbah kepada Islam. Yang mempunyai ciri robbaniyyah (ketuhanan), wasathiyyah (moderat), syumuliyyah (universal), waqi`yyah (realistis) dan tsabat (konsisten) dan murunah (fleksibel). Ketika dikatakan “Tarbiyah Islamiyah” ini bermakna secara otomatis “tarbiyah” juga mempunyai sifat-sifat sedemikian.

Robbaniyah

Ciri pertama adalah robbaniyyah. Robbaniyyah ini ada dua; pertama robbaniyyah al-mashdar (sumbernya dari Allah), dan yang kedua robbaniyyah al-ghoyah (tujuannya mencari ridha Allah). Ini bermakna bahwa dasar pijakan tarbiyah adalah berdasarkan manhaj yang diturunkan oleh Allah (al-Qur`an) dan yang bersumber dari Sunnah Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam. Karena itulah kenapa dalam agenda-agenda tarbiyah tilawah al-Qur`an selalu dikedepankan, berusaha untuk senantiasa ditadabburi dan diambil pelajaran. Begitu juga dengan kajian tentang hadith-hadith Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam. Hal ini mengingat sabda Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam; “saya tinggalkan kepadamu dua perkara, kamu tidak akan sesat selama-lamanya, selama kamu berpegang kepada keduanya; kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya”. Tujuan dari seluruh aktifitas tarbiyah ini adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mencari ridha-Nya.

Wasathiyyah 

Ciri kedua wasathiyyah (moderat); tarbiyah bersifat moderat. Moderat disini bermakna yang terbaik, karena tidak berada di ekstrim kanan ataupun kiri, baik secara pemahaman, sikap mahupun amal. Rasulullah pernah bersabda: “cintailah orang yang engkau cintai sekedarnya saja, sebab boleh jadi dia akan jadi musuhmu, bencilah orang yang engkau benci sekedarnya saja, boleh jadi satu hari nanti akan jadi kekasihmu”. Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam, pernah menegur sahabat yang mulai agak ekstrem dalam beramal; “kenapa ada orang yang mengatakan begini dan begitu… ketahuilah sesungguhnya saya ini adalah orang yang paling taqwa, akan tetapi saya berpuasa dan berbuka, saya qiyam dan tidur, dan saya juga menikah”. Masa yang sama Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam juga menegur orang yang tidak sempurna dalam beramal; “sholatlah kamu, sesungguhnya kamu belum shalat…”.

Syumuliyyah 

Ciri ketiga adalah syumuliyyah (universal), mencakupi sisi akal, ruh dan jasad. Semuanya harus tumbuh dan berkembang secara seimbang. Tarbiyah tidak hanya menekankan pada aspek akal tapi lemah dalam ruhi, atau tidak hanya menekankan pada ruhi, lemah dalam hal ilmu, tidak juga menjadikan orang yang kuat fisik, lemah ilmu dan ruhi. Syumuliyyah juga mesti nyata dalam pemahaman dan amal.

Waqi`yyah 

Ciri keempat adalah waqi`yyah (realistis). Tarbiyah tidak bercerita pada hal-hal yang sifatnya idealis saja sehingga susah untuk diaplikasikan. Akan tetapi bertolak dari kondisi real, secara bertahap meningkat demi sedikit, tidak ekstrem dalam mencapai sesuatu. Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya agama itu kokoh, maka masuklah kamu ke dalam Islam ini dengan lemah lembut, sesungguhnya orang yang ekstrem, tidak ada jarak yang dia tempuh dan juga tidak ada tunggangan yang bisa ia naiki”.

Tsabat dan Murunah

Ciri berikutnya adalah tsabat “konsisten” dan murunah “fleksibel”. Konsisten dalam mempertahankan nilai-nilai dan prinsip, akan tetapi fleksibel dalam hal sarana dan prasarana yang masuk dalam wilayah ijtihadiyyah. Nilai-nilai yang Islam yang ditanamkan dalam tarbiyah tidak boleh berubah, akan tetapi dalam sarana dan prasarana yang masuk dalam hal ijtihadiyyah bisa berubah mengikut tempat dan waktu.

14.12.2017